Sabtu, 16 Juli 2011

secondhand serenade-broken

In the moonlight
Your face it glows
Like a thousand diamonds
I suppose
And your hair flows like
The ocean breeze
Not a million fights
Could make me hate you
You’re invincible
Yeah, It’s true
It’s in your eyes
Where I find peace

Chorus:
Is it broken?
Can we work it out?
Let’s light up the town, scream out loud!
Is it broken?
Can we work it out?
I can see in your eyes
You’re ready to break
Don’t look away.

So here we are now
In a place where
The sun blended
With the ocean thin.
So thin, we stand
Across from each other
Together we’ll wonder
If we will last these days
If I asked you to stay
Would you tell me
You would be mine?

And time
Is all I ask for
Time
I just need one more day
And time
You’ve been crying too long
Time
And your tears wrote this song
Stay

In the moonlight
Your face it glows

Rabu, 13 Juli 2011

Breathe lirik

I see your face in my mind as I drive away
'Cause none of us thought it was gonna end that way
People are people and sometimes we change our minds
But it's killing me to see you go after all this time

Mmm, mmm, mmm, mmm, mmm, mmm, mmm, mmm
Mmm, mmm, mmm, mmm, mmm, mmm, mmm, mmm

Music starts playin' like the end of a sad movie
It's the kinda ending you don't really wanna see
'Cause it's tragedy and it'll only bring you down
Now I don't know what to be without you around

And we know it's never simple, never easy
Never a clean break, no one here to save me
You're the only thing I know like the back of my hand

And I can't breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to

Never wanted this, never want to see you hurt
Every little bump in the road I tried to swerve
People are people and sometimes it doesn't work out
Nothing we say is gonna save us from the fall out

And we know it's never simple, never easy
Never a clean break, no one here to save me
You're the only thing I know like the back of my hand

And I can't breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to

It's two a.m., feelin' like I just lost a friend
Hope you know it's not easy, easy for me
It's two a.m., feelin' like I just lost a friend
Hope you know this ain't easy, easy for me

And we know it's never simple, never easy
Never a clean break, no one here to save me, oh

I can't breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to
Breathe
Without you, but I have to

I'm sorry, I'm sorry, I'm sorry
I'm sorry, I'm sorry, I'm sorry, I'm sorry

I'm only me when I'm with you

Friday night beneath the stars
In a field behind your yard
You and I are painting pictures in the sky

And sometimes we don't say a thing
Just listen to the crickets sing
Everything I need is right here by my side

And I know everything about you
I don't wanna live without you

I'm only up when you're not down
Don't wanna fly if you're still on the ground
It's like no matter what I do

Well, you drive me crazy half the time
The other half I'm only trying
To let you know that what I feel is true
And I'm only me when I'm with you

Just a small town boy and girl
Living in the crazy world
Trying to figure out what is and isn't true

And I don't try to hide my tears
The secrets, all my deepest fears
Through it all nobody gets me like you do

And you know everything about me
You say that you can't live without me

I'm only up when you're not down
Don't wanna fly if you're still on the ground
It's like no matter what I do

Well, you drive me crazy half the time
The other half I'm only trying
To let you know that what I feel is true
And I'm only me when I'm with you

When I'm with anybody else
It's so hard to be myself
And only you can tell

That I'm only up when you're not down
Don't wanna fly if you're still on the ground
It's like no matter what I do

Well, you drive me crazy half the time
The other half I'm only trying
To let you know that what I feel is true

And I'm only me
Who I wanna be
Well, I'm only me when I'm with you
With you, oh, yeah

Lucky you

Lucky You lyrics


There's a little girl in this little town
With a little too much heart to go around
Live forever, never say never
You can do better, that's what she says

Mama named her Lucky on a starlit night
A rabbit foot in her pocket, she dances in spite of
The fact that she's different and yet she's the same
And she says do do do do do do do do do do do do
do do do do do do do do do do do do do do do
Lucky you, lucky you
Do do do do do do do do

She sings her little song
She walks along a little
Pathway headed for the skies
Left her travels, lives they unravel
Mind over matter, that's what she says

Mama named her Lucky on a starlit night
A rabbit foot in her pocket, she dances in spite of
The fact that she's different and yet she's the same
And she says do do do do do do do do do do do do
do do do do do do do do do do do do
Lucky you, lucky you, lucky you
do do do do do do do do
do do do do do do do do do do do do do do

Maybe she'll sing you do do do do
Maybe she'll bring you into the skies
Honey, she'll love you
Funny how some view
Angels above you, aint so far away

Mama named her Lucky on a starlit night
A rabbit foot in her pocket, she dances in spite of
The fact that she's different and yet she's the same
And she says do do do do do do do do do do do do
do do do do do do do do do do do do do do do
Lucky you, lucky you

hiddenlove part2


Kurang lebih dua bulan lagi aku kan menutup lembaran putih abu-abu ini. Setelah itu tak ada lagi burung-burung berkicau yang menemaniku disaat ku suka maupun duka. Tak akan aku dengar dekat suara merpati bibir merah merona dari para sahabatku dan dia.
Kata itu terus menggema dikepalaku laksana suara terompet dijurang yang sangat dalam. Ku telusuri langkahku meter demi meter untuk menuju sukses. Dan buku demi buku putih abu-abu. Seperti aku akan meninggalkan selamanya. Aku berkata seperti itu karena aku akan pindah, meneruskan sekolah di kota pendidikan. Maka dari itu aku tak akan mendengar dekat suara itu.
Canda, tawa, sindiran, ejekan, bibir merah merona, tagihan, tangisan, amarah, duka semua akan hilang sejenak bagiku di kota pendidikan nanti.
Ini dia diary ku pada Jum’at, 25 Januari 2011.
Hari masih menunjukan pukul 3 pagi. Tetapi aku bangun untuk membuatkan tugas titipan dari teman, The queen nama genknya. 4 orang sekaligus saya kerjakan tugas mereka. Dan mereka sudah berjanji akan membelikan saya minuman atau makanan. Begitu bodohnya saya mengiyakan tawaran itu. Karena aku sangat pengirit.
Ku kerjakan satu setengah jam kemudian dan selesai tepat pukul 4.15. dan ku lanjutkan tidur walau suara kumandang adzan sudah bergema. Seharusnya tak baik aku tidur, tapi mau gimana lagi. Mata ku ini tak mau diajak kompromi. Aku pun tidur dengan bermimpi tentang temanku waktu aku masih dikelas 1 tkj 3 dulu.
Didalam mimpiku itu aku sedang mengambil kertas pemberitauan dia kepada entah ku tak tau kepada siapa. Dan ku tak memberikan padanya, hingga dia mengejar ku sampai ke sebuah toko fotokopi. Aku tak akan memberikan padanya, sampai aku melihat dia menangis merengek. Sungguh kejamnya diriku dalam mimpiku sendiri.
Mimpiku tak berjalan lama, karena salah satu adikku Ines membangunkanku sehingga ku terperanjak dari tempat tidur dan mulai bergegas mempersiapkan semuanya. Akibat aku tidur waktu kumandang adzan subuh tadi pagi. Aku telat berangkat sekolah dan belum melaksanakan tugas rumahku diwaktu pagi hari. Karena aku mendapat jatah memasak air dan membuang sampah.
Aku berangkat pukul 6 lewat 40 menit, dan tiba jam 7 lewat 20 menit. Semua temanku sudah masuk kedalam kelas, walau hanya beberapa temanku saja yang tak masuk kedalam kelas, yaitu mbak nuril (Nuril), mbak mud (Mudha), mbak olip (Olif), dan pakde (Danang).
“Wes apal ta agamae?” Tanya mbak nuril dalam logat bahasa jawa timurannya.
“Dorong mbak, nggak apal aku” jawabku dalam logat bahasa jawa timuran.
“Wes ket mau ta mbak, mlebune?” Tanyaku pada mbak nuril.
“Emboh. Aku loh jek kaet teko” Jawabnya.
Aku pun mengambil buku kecil didalam tas batikku. Kemudian aku pun menghafal doa qunut. Doa yang akan diujikan dan doa jamak qashar.
“Ndeh adek jek kaet teko” Kata ku melihat adik (Risda) yang baru datang dan dengan senyumannya.
“Iyo” Jawab adik enteng.
“Wes ket mau ta mbak?” Jawabnya.
“Wes be’e” Jawabku.
“Ehmb makane betah lunggu nang kene. Wong onok pacare” Ejek adik padaku karena melihat sesosok pria yang berada tepat didepan pintu didepan mataku juga.
“Sopo dek..?? Pacar..?? Aku loh gak duwe pacar.. jek jomblo yo” Tanya dan jawabku pada adik.
“Sopo.sopo dek..?? Endi pacare mbak mi?” Tanya mbak nuril pada adik.
“Iku loh sebelahne....” kata adik menjawab pertanyaan dari mbak nuril dan melirik padaku.
“Wes ta dek, aku loh gak pacaran ambek de’e. Wong aku loh gak seneng.” Aku pun langsung mengetahui lirikan dari adik.
“Iyo yo. Gak usah nesu ngono.” Kata adik merayu ku.
“Endi dek, pacare mbak mi?” Tanya mbak nuril yang masih penasaran siapa pacar ku yang dibicarakan adik barusan.
“Ya Allah, sebelahnya maliki itu loh” Jawab adik pada mbak nuril.
“Oalah. Mbak mi rek” Sindir mbak nuril padaku.
“Apaan ce? Itu bukan pacar aku mbak nuril. Ini loh pacarku” Kata ku sambil menunjukkan foto kak denis di walpaper handphoneku.
“Halah, mbijuki” kata mbak nuril sambil mengoyak tubuhku sedikit dari samping dengan tubuhnya.
“Yo wes lek nggak percoyo” Jawabku karena aku sedikit salting bila dia mendengar apa yang kita bicarakan.
Sementara adik hanya tertawa kecil sambil menghafal materi yang akan diujikan pada ujian praktek nanti. Tiba-tiba satya, teman rohmi datang untuk minta tolong mendengarkan hafalannya, benar atau salah, dan berhasil menghafalkan atau tidak. Aku pun mendengarkan hafalan satya.
Selang beberapa menit, temanku nita datang dengan temannya serta temanku juga, puput. Nita yang datang dengan kaki sedikit pincang karena empat hari yang lalu, nita kecelakan sepeda motor. Untungnya nita tak mengalami kecelakaan yang parah, hanya sedikit memar dibagian kakinya sebelah kiri.
Iba aku melihatnya, ku bantu dia berjalan dan ku suruh dia duduk di tempat duduk koridor yang ada didepan lab kkpi. Tak berapa lama pula nita disuruh untuk masuk dengan teman-teman. Nita pun masuk sambil dipopong dengan puput.
Tak berapa lama nama adik dipanggil untuk maju dalam ujian praktek. Ujian praktek yang diujikan adalah solat subuh dan doa qunut. Setelah itu ditanya satu-satu niat solat jamak dan qosor.
#Sebentar lagi aku nih. Wagh, harus masuk kedalam biar buat siap-siap# batinku. Aku pun masuk melewati temanku yang ada didepan kelas dan meninggalkan tasku didepan yang ku titipkan pada mbak olip dan mbak mud.
“Mbak olip, aku nitip tas yw. Karena bentar lagi saya praktek” pintaku pada mbak olip.
“Ya mbak mi” jawab mbak olip.
“Tolong dijaga ya, ada makananku dan hpnya nita tadi titip padaku” kataku sekali lagi pada mbak olip.
“Ya mbak mi” jawab mbak olip yang kelihatannya sedikit kesal, karena aku meminta terus. Aku pun mengakhiri dengan jawaban terima kasih dan ia mengiyakan. Aku melangkahi teman-temanku dan dia dengan permisi.
“Lapo kund koq gak masuk mau he” Tanya zazu (Rizki Diah ayu) padaku.
“Aku mau loh telat. Terus gurune wes nerangno. Yo wes gak iso mlebu, nang ngarep ae ambek mbak olip, mbak mud, ambek adek pisan” jawab ku pada zazu.
“ou yo. Wes apal ta kund agama?”Tanya zazu lagi padaku.
“mek titik. Gak apal kabeh.” Jawabku.
“ndang apalno marengene kund maju” saran zazu padaku.
“yo”
Aku pun menghafalkan doa qunut dan niat jamak qasar. Aku baru menghafalnya, karena kemarin malam, aku sibukkan dengan tugas web titipan teman-teman yang banyak sekali dan harus ku berikan pada mereka. Karena mereka merengek terus untuk dibuatkan web dan segera dikumpulkan.
Giliranku tiba, aku pun mengenakan rukuhku dan maju kedepan untuk mulai ujian praktek. Satu persatu disuruh untuk memulai solat. Ada 6 orang yang disuruh maju untuk solat. Dimulai dari sepuh (hanansyah), pakde (Danang), afgan (Prasetyo), padang (Rafsanjani), Aku, dan milek (Rutmila). Aku mulai giliran untuk solat dan ku baca bacaan solat, walau ada yang gak ku baca yaitu bacaan alfatihah pada rakaat pertama karena aku lupa dan aku nervous (gugup) karena solat didepan teman-teman, kemudian doa qunut yang ku baca hanya bagian depannya saja, dan alhamdulillah pak anas ( guru agama ) ku hanya mendengar bagian itu dan melanjutkan mendengarkan bacaan dari teman-temanku lainnya. Setelah solat subuh selesai, giliran membaca jamak qosor. Aku mulai membacanya, tetapi ada yang salah.
#Apa yang salah? Aku sudah membaca benar apa yang ada dibuku?# pikirku
Ternyata buku juga menyesatkan, niat jamak qosor yang ku baca ada yang dihilangkan katanya dan ada yang ditambahkan. Aku pun mengikuti apa yang pak Anas katakan. Bila tidak nilai aku pasti dikurangi dan diberi warna merah.
Ujian praktek yang pertama sudah selesai, ujian praktek selanjutnya sama yaitu Agama hanya saja membaca Alquran, tajwid, dan doa sesudah solat. Tapi itu nanti setelah solat Jum’at. Sambil menunggu waktu giliran praktek, aku dan teman-teman menghabiskan dikantin untuk sarapan. Karena dari tadi pagi, belum ada yang sarapan aku pun juga. Tetapi aku tak membeli daging bola-bola, aku membawa makanan yang kusiapkan dari rumah, walau aku tadi berangkat sekolah datang terlambat.
Aku dan teman-teman pun bergegas menuju kantin. Semua temanku sudah memesan bakso, sedangkan aku tidak. Aku pun mengambil tempat duduk dibelakang. Ku ingin duduk berdekatan dengan zazu. Tetapi teman bermata dua, richi tak mau bergeser tempat denganku. Alasannya dia sudah PW (Posisi Wuenakpol).
Dengan terpaksa aku pun duduk disebelah richi yang kosong.
“Ah, richi pelit. Gak mau geser kemari” sindirku padanya.
“Wes PW.”
“Pelit”
“Babahno, salahe. Balekan dhisik ta karo adek engko’ aku geser” sindir richi padaku untuk kembali menjadi kekasih adhek (mantan pacarku sekaligus teman dekat richi.
“Nggak cinta kok dipaksa ce chi. Kalo nggak cinta entar hidupnya sengsara loh” sahut endut (rini)pada richi, karena mendengar percakapanku ma richi.
“Iyo, wong rosi loh nggak cinta, kasian dia entar hidupnya sengsara dan nggak bahagia” tambah ria membela rosi.
“Ya ne, ntar hidupku sengsara lagi. Nggak mau ah” tambahku dan aku pun melirik richi yang keliatannya kesel karena banyak sekali yang membela rosi untuk tidak kembali menjadi kekasih adhek.
#Yes. Banyak yang membelaku dan inilah hatiku. Makasih ya teman-teman sudah membantuku tuk mengatakan itu pada richi. Supaya diberi tau pada adhek, temannya itu# Batinku dalam hati.
“Bawa makan apa kamu, ros?” Tanya zazu padaku.
“Bawa perkedel, mau coba?” jawabku dan memberi tawaran kepada temanku yang dikenal paling cerewet.
“Yo njaluk aku” jawab zazu, dan ku berikan secuil makananku pada zazu.
Aku pun melanjutkan makanku. Tinggal sedikit makananku, tiba-tiba kelompok dari yanti si nenek lampir yang dibicarakan teman-teman sapaan jeleknya muncul dihadapanku. Tidak semua yang datang, hanya Yoga dan Titik yang sudah memesan bola-bola daging dan mengambil duduk di sebelah endut dan disebelahku.
“Mbawa makan apa rohm?” tanyanya dengan nada lembut yang basa-basi.
“Ne, bawa perkedel dari daging kalengan trus dikasih kentang” jawabku dengan basa-basi.
“ouw” katanya dengan enteng.
“Mi, yo opo web’e wes onok seng mbayar ta?” sahut kusen (ria) padaku sambil melirik Yoga yang ada disebelahnya juga.
“Durung sen” jawabku tanpa sadar bahwa yang dibicarakan ternyata karena ada yoga dan titik. Aku pun segera memberi aba-aba mengedipkan mata. Untuk tidak membicarakan itu. Sebenarnya aku malas mengatakan itu padanya tetapi apa boleh buat dia sudah berbuat janji padaku waktu hari minggu kemarin saat mereka mngerjakan web dirumahku. Janji adalah hutang, dan mereka telah berhutang padaku. Kalau aku sih terserah mereka yang penting mereka ikhlas.
Aku pun segera meninggalkan kantin karena aku tak mau teman-temanku berbicara yang aneh-aneh dan panjang lebar didepan yoga dan titik.
Aku dan teman-teman duduk didepan kelas yang didalamnya ada siswa yang sedang ikut ujian praktek agama. Aku pun menunggu didepan karena kami tak boleh masuk kedalam, menunggu giliran itulah yang dikatakan bu nur (guru agama kami yang kedua). Aku dan teman-teman berbincang-bincang tanpa kenal lelah mulut kami ini. Begitu keseharian kami jika tak ada pelajaran dan tak ada guru pengajarnya. Tapi aku senang karena bisa menghilangkan rasa stres dan rasa kantuk yang mendalam karena menunggu lamanya giliran ujian praktek.
Dia ada disebelah sana seperti biasa terdiam sendiri walaupun disamping kanan dan disamping kirinya ada teman yang sedang asyik mengobrol. Begitu lah dia, pendiam dan tak banyak bicara. Dia hanya bicara sesuai dengan mood dan ada pokok pembicaraan yang asyik saja menurut dia.
Aku pun sesekali menengok dia. Kenapa aku suka menengok dia? Apa aku kagum padanya? Jujur aku kagum padanya sejak kelas 3, karena dia hadir pada waktu kelas 3. Dia kakak kelasku, dia pernah mengidap penyakit yang parah dan harus beristirahat total selama 1 tahun. Cukup lama sekali. Aku tau pun dari bu retno (guru kkpi). Karena aku heran, dia anak baru tetapi kenapa semua guru-guru sangat mengenalnya seperti sudah lama bertemu. Ternyata dia kakak kelasku, aku pun kagum padanya. Dan aku selalu melihat bagaimana dia belajar hingga otaknya itu encer banget. Setiap mata pelajaran yang dibahas, dia selalu menjawab, dan jawabannya selalu benar.
Karena keseringan aku melihat dia. Teman-teman berpendapat kalau aku suka sama dia. Aku suka sama Satria? Apa benar yang dikatakan teman-teman? Aku hanya mengagumi saja, bukan suka. Tapi menurut kusen, orang yang kagum itu lama kelamaan suka. Apa benar? Aku rasa nggak mungkin. Aku pernah suka sama seseorang tapi bukan dari kekaguman orang itu. Lagian dia menyukai seorang cewek yang menurut aku mirip dengan nikita willy. Perempuan itu adalah sahabat dikala dia sedang menderita sakit 1 tahun yang lalu. Aku mengetahuinya di jejaring sosial, tak sengaja ku membaca buku catatan dia. Karena aku penasaran sama dia. Begitu lah aku setiap orang yang aku kenal, aku selalu penasaran dengan orang itu. Makanya tak heran satu persatu temanku, aku sudah mengetahui asal usul satu persatu.
Tapi teman-teman selalu berpikiran negatif padaku. Apa iya kita mengagumi seseorang, kita juga akan kelama-lamaan menyukai orang itu? Aku rasa tak mungkin? Aku terlalu memikirkan omongan orang. Dan selalu setiap omongan orang yang negatif, aku selalu memikirkannya dan sampai terbayang-bayang dalam mimpi.
Begitu pun dia, selalu kebayang – bayang. Sungguh aneh diriku ini. Makanya aku harus berpikir dulu sebelum bertindak, karena aku nggak mau jadi kepikiran bila ada orang yang berpikiran negatif padaku.
“Ngapain sih mi, ngelamun aja. Mikirin satria ya. Tenang anaknya ada disebelah sana kok” kata kusen mengagetkanku yang sedang melamun tanpa jelas.
“Apaan ce. Aku lagi mikir ujian ini gimana ya. Aku belum hafal-hafal juga” jawabku karena ku tak mau ada orang lain yang mengetahui apa yang ada dipikiranku saat ini.
“Halah, gampang engko’ wocoen sak isokmu ae” kata kusen menenangkanku.
“Heemb” kata ku mengiyakan.
“Padank, ojok ngelamun ae ta. Engko kesurupan loh hehe..” kata kusen pada padank (rafsanjani) yang dulu pernah menjadi kekasih kusen. Dan kusen menghampiri padank yang sedang melamun duduk sendirian dari teman-temannya.
Sementara aku menikmati suasana dan ikut mendengarkan alunan kicauan teman-temanku yang sedang mengobrol. Aku hanya tersenyum dan diam karena aku sendiri juga tak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Dan yang mereka bicarakan tak begitu penting sebenarnya untuk didengar, karena hanya gosip dan fakta belaka. Aku lebih suka berdiskusi yang membuat otak ini encer dan cerdas. Tapi tak apalah daripada aku bosan sendiri. Dan sesekali pula aku mengirim pesan pendek dengan adik aku (lubna) yang ada dirumah. Sambil mendengarkan alunan lagu dari sheila on 7, lagu kesayangan abang-abang lyla, penggemar beratku.
Tiba-tiba kusen sedih dan datang ke kami sambil memegang bajunya yang robek karena ditarik sama padank. #Ada ada saja padank itu# batinku.
“ah, yo opo iki. Klambiku suwek. Mari disuwek padank” katanya dengan muka sedih sekaligus marah.
Kusen menjelaskan apa yang mereka lakukan dan padank lakukan padanya kepada kami semua. Kami hanya tertawa geli dan penuh dengan rasa iba. Aku juga merasa iba, akhirnya aku berikan jaketku pada kusen agar tidak terlihat oleh semua orang. Untung saja jaket saya besar. Kalau nggak besar pakai punya siapa dia pinjem jaketnya.
Ujian praktek masih lama, dan tiba-tiba temanku yang berambut panjang dengan tubuh yang kurus datang padaku. Ternyata itu sofi, dia memberiku sesuatu dan memasukkan sesuatu itu pada tasku.
“Ini uang dari teman-teman. Makasih ya sudah membuatkan web.” Kata sofi sambil tersenyum padaku.
“apaan ini?” tanya ku.
“makasih ya” katanya lagi.
Alhamdulillah dapat rejeki, tapi apa mereka benar-benar ikhlas. Kalau yang aku lihat mereka seperti kesal dan marah. Dan berpikiran, lihat itu mukanya rohmi. Seneng dia dapat duit. Biarin rek, buat ngobatin jerawatnya mungkin. Pikirku dalam hati, seperti tau saja apa yang mereka katakan. Karena aku melihat sorotan matanya yang penuh dengan amarah. Beda dengan sorotan matanya yang ikhlas untuk memberikannya. Aku pun menjajakannya dengan mentraktir zazu sebuah es teh poci, aku sedekahkan. Supaya uang yang aku dapat dari teman-teman kelompoknya sofi menjadi halal.
Tapi aku tak langsung bergerak ke kantin. Aku bergerak ke kamar mandi untuk menghitungnya. Ada dua puluh ribu.
“akeh ros. Wah, traktir-traktir rek” kata zazu dengan senyumannya.
“alhamdulillah. Ayo kamu tak traktir” kataku sambil mengajak zazu ke kantin
“tapi jangan bilang teman-teman ya. Kamu tak belikan teh poci” kataku lagi karena aku takut kelompoknya sofi nanti berpendapat lain.
Sebelum menuju kantin, aku lurus seperti berpaling ke kantin. Tiba-tiba, milek (rutmila) menyapa kami dari kejauhan. Mereka ada dikantin. Dan kami pun menghampiri. #Alhamdulillah, mila nyapa kita. Dan dia ada di kantin. Ada alasan buat menuju kantin# batinku senang.
Aku pun langsung membeli teh poci sementara zazu mengobrol dengan mila dan siska.
“Mi. Makasih ya” ucap mila dan siska karena aku sudah membuatkan mereka web mereka.
“ok deh sama-sama” jawabku
Setelah membeli teh poci, kami pun langsung menuju ke tempat teman-teman asyik mengobrol.  Tak berapa lama, Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Saatnya solat jum’at bagi kaum lelaki. Teman-teman lelaki ku pun satu per satu meninggalkan sekolah. Ada yang bersama teman perempuannya sambil mengantarkan  teman perempuannya pulang, dan teman-temanku pun ikut menyoraki temanku (rizal) yang berboncengan dengan kekasihnya. Begitulah teman-teman selalu membuat suasana ramai. Kemudian dia pun juga ikut meninggalkan sekolah, sebelum meninggalkan sekolah untuk melakukan solat jum’at. Dia melewatiku. Dan dikala dia melewatiku, teman-teman sontak menyorakiku juga. Sungguh memalukan. Dan aku pun juga tersipu malu sekaligus salting. Tapi ku berpura-pura tak melihatnya.
“wagh, rosi bulan madu nang bali rek” kata zazu yang tiba-tiba menggerakkan tubuhnya seperti orang yang sedang menarikan tarian khas bali.
“maksudmu apa?” tanya ku heran, karena ku tak tau apa yang diah ayu katakan.
“halah, masa’ nggak ngerti sih” kata diah ayu sambil mengedipkan matanya dan menggerakkan tubuhnya.
“bener. Aku nggak ngerti” kataku masih dengan penuh keheranan.
“Iku loh, satria khan orang bali. Terus kamu pacarnya satria. Jadi nanti kamu bulan madu pasti nang bali” kata endut menjelaskan.
“siapa yang pacaran sama satria. Orang aku bukan pacarnya satria. Hah, satria orang bali. Ehm, aku nggak suka orang bali”
“ojok ngono, engko kund tambah jatuh cinta ambek satria loh” sindir zazu
“apaan ce. Males aku” kataku sambil memasang muka merengut.
#Satria orang bali, berarti dia bukan orang islam donk. Pakai sesaje gitu. Ah tidak, aku nggak mau ada sesajen-sesajen segala. Gua juga benci ma bali. Bali bagus sih tempatnya, tapi banyak setannya. Karena orang sana nyembah yang aneh-aneh# batinku dalam hati dan berpikiran aneh-aneh.
Giliran praktek pun dimulai aku dan kawan-kawan perempuan masuk kedalam kelas, untuk praktek. Sementara kawanku laki-laki melaksanakan solat jum’at begitu juga dengan dia. Didalam kelas, tiba-tiba ada sms, sms dari padank bunyinya, *rohmi tolong kamu beliin baju buat ria. Pakai uangmu saja dulu. Nanti aku ganti uangnnya. Ya. Tolong rohmi. Kasian aku sama ria. Terima kasih yw.*
Beli baju buat kusen. Ada nggak ya uangnya. Aku pun meminta tolong zazu dengan berkata lirih padanya, agar tidak terdengar oleh kusen yang duduk didepan. Zazu pun juga tak ada uang, dia malah menyuruhku untuk bilang ke ririn. Ku bilang ke ririn, dan tiba-tiba kusen datang dan berkeluh kesah. Akhirnya kami pulang dengan cuaca yang sedang hujan rintik-rintk. Sebelum menuju rumahku, kusen mengajakku kesebuah rumah yang lumayan besar, diketuklah pagar rumah itu dan keluar sesosok perempuan dengan memakai baju daster yang panjang. Itu ibu kusen, ada apa beliau disini. Pikirku dalam hati. Dan kusen memberitau kepada ibunya tentang kondisi bajunya saat ini. Ibunya hanya tertawa dan memberikan sebuah lauk pauk yang dibungkus dengan plastik es dimasukkan kedalah kresek warna biru. Setelah itu kami pulang dan kusen mengantarkanku pulang sampai rumah.
Aku pun bertanya pada kusen, dan ternyata ibunya itu kerja disana hanya sebagai koki dirumah itu. Begitu sederhananya dia, walau dia sedikit endel tapi dia tak sombong. Kemudian aku bersyukur pada Allah, karena masih ada orang yang bernasib dibawahku.

hiddenlove part1


Minggu, 08 mei 2011. Hari ini aku akan pergi rekreasi ke salah satu wisata yang ada di sekitar jawa timur, yaitu jawa timur park. Aku pun bangun lebih pagi karena aku tak mau ketinggalan bis. Aku pun sesekali melihat jam dinding untuk menentukan agar aku bisa bangun pagi. Ku lihat jam bundar merah yang menempel di dinding putih, masih pukul 3 pagi, aku langsung menutup mataku.
#masih jam 3 pagi, masih terlalu pagi# aku pun melanjutkan tidur kembali dan bermimpi indah yang sedang ku alami sekarang. Aku sendiri juga tak tau aku bermimpi apa. Kemudian sekitar setengah jam, kulihat lagi jam merah bundar itu. Tetapi masih pukul setengah empat, masih terlalu pagi juga. Aku melanjutkan kembali tidurku dan ku putuskan untuk bangun jam setengah 5 pagi saja karena hari matahari sudah beranjak keluar dari persembunyiaannya dimalam hari.
Satu setengah jam sudah ku mengorok semalam suntuk, begitu melihat jam bundar merah yang menempel didinding menghadap kearah utara sudah menunjukkan pukul 5 pagi, dan suara kunci lemari yang akan dibuka, dan suara pompa air menyala yang sedang digunakan ayahku untuk mandi.
Aku pun terjingkat berdiri dari tempat tidurku, dan mengikat rambutku dengan karet topi. Aku segera menuju ke kamar mandi, setelah ayah keluar dari kamar mandi. Aku pun langsung mandi, dan karena ini hari yang sangat special bagiku. Aku rela mandi berlama-lama demi mempercantik tubuh, sampai-sampai aku tak bisa membantu ibuku dengan mengoleskan lulur diseluruh bagian tubuh.
Aku sebenarnya merasa bersalah tak bisa membantu ibu, karena sudah dari kemarin malam. Aku dan ibu berdebat hebat, tentang bimbingan belajar yang akan aku lakukan. Karena aku sangat pemalu untuk mengatakan itu jika aku harus pergi sendirian.
Kemudian aku segera melaksanakan solat subuh, dan melaksanakan tugas rumahku. Setelah itu aku sarapan dan bersiap-siap untuk berkumpul didepan ruko. Aku langsung menelpon ayah yang sedang berada di depan kompleks untuk membantu ibu berjualan pakaian batik setelah aku siap untuk berangkat.
“assalammu alaikum. Bu’ aku kate budal. Aku diterno sopo?” kataku karena ayah tak kunjung datang.
“walaikum salam, yo iki diterno ayah. Pean mrinio gowo sepeda ontel” kata ibu dengan nada seperti melihat kearah ayah untuk pendapatnya. Sesaat kemudian ibu berbicara, “wes ayah ae cek mrunu, engko diterno ayah”, “yo wes, assalammu alaikum”, “walaikum salam” kata ibu menutup pembicaraan ditelp.
Dua menit kemudian ayah datang dan bergegas mengganti pakaian. Aku juga mematikan air yang mendidih didalam panic, dan menyuruh adikku untuk mengganti seluruh termos dan membuatkan ayah sebuah kopi.
“iki sangune” kata ayah yang tengah menyodorkanku sebuah uang kertas 50 ribu dan 20 ribu, dan langsung ku terima.
#loh kok cumin 70 ribu, biasa 100 ribu# batinku dalam hati. Sesaat kemudian ayah berbicara “gak usah tuku ole-ole, nang kene kunu ae” aku pun mengiyakan, tapi dalam hati ku berbicara, #masa’ gak bawa ole-ole, lak sakno se, rekreasi gak bawa ole-ole#
Ayah langsung mengambil kunci sepeda motor dan aku mengikuti beliau dari belakang dan sesegera mungkin berangkat, karena jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit. Padahal kami janjian berkumpul didepan jam 7 pagi tepat. Sebelum berangkat aku berpamitan dengan ibu yang sedang berjualan didepan sendirian. Ditengah perjalanan ayah menurunkan kecepatan dan berkata
“engko’ lek ibu ngomong dike’I ayah piro jawaben 50. Seng 20 iku gawe bonus awakmu.yo”
“enggeh” kataku sambil gelagapan dan berkata dalam hati sendiri #bonus, ayah memang baik dah. Ya sudahlah tak apa#
#mana bu yanto, biasanya bantu ibu jualan# batinku dalam hati dan aku memegang tangan ibu dan menciumnya. Kemudian aku meminta uang saku dengan ibu
“bu, sangune endi?” kataku sambil tersenyum sipu malu
“gak dike’I ayah tha?” Tanya ibu padaku
“dike’I mek 50” jawabku karena ketika ditengah perjalanan ayah bilang begitu padaku. Ibu pun mengeluarkan uang didalam dompetnya. Aku pikir akan mengeluarkan 50 atau 70 lagi, ternyata ibu hanya mengeluarkan 25 ribu.
“nyo” kata ibu sambil menyodorkan uang 25 ribu kepada ku.
“kok 25, tambah ono maneh tha bu” bujuk ku
“wes sak ono ae, gak usah tuku ole-ole” kata ibu dan ku mengiyakan sajalah daripada gak dapat uang saku.
Aku pun langsung menuju ayah dan menaiki sepeda motor yang dikendarai ayah. Kami pun langsung menuju ke tempat dimana aku berkumpul dengan teman-teman. Kurang lebih 20 menit, aku sampai ditempat tujuan. Aku berpamitan dengan ayah dan sebelum ayah pergi meninggalkanku ditengah teman-teman. Aku berkata pada ayah
“yah, engko’ kongkone lubna tumbasno pulsa, soale pulsaku entek”
“pulsa seng opo?” Tanya ayah
“pulsa seng m3 ae.”
“nomore piro, ganti-ganti nomer ae”
“yo engko lubna ngerti nomere kok”
“y owes engko tak tumbasno nang nomer seng as”
“nggeh pun, aq tak nang arek-arek. Assalammu alaikum”
“walaikum salam”. Ayah pun pergi meninggalkanku setelah ku mencium tangan beliau. Aku langsung berkumpul ditengah teman-teman yang sedang mengobrol. Sudah banyak yang datang, tapi fitri tak ikut rekreasi, jadi tak seronok lah. Ada zazu, ndut, ririn, presdiana, pipit, dan masih banyak lagi. Dan diseberang jalan sebelah kanan, tepatnya di tempat duduk dekat pos, ada richi, rizal, prasetyo, dan wahyu tapi tak ada satreong disana. Sudahlah ngapain ku mencari-cari dia, dia juga tak mencari diriku. Disaat ku sedang melihat-lihat suasana, tiba-tiba zazu berbicara padaku
“ros, krudungmu iku yo’ opo ce? Mencong wagh”
“lah yo, kene tak benakno” sahut ririn sambil membetulkan krudungku.
“iyo, sek tha ojok nang kene. Jek onok ayahku.” Kataku sambil melihat dibelakang yang masih ada ayahku tengah membanting setir untuk menuju rumah.
“oalah” kata zazu
“wes mari, ojok nang kene tapi” kataku mengiyakan setelah ku melihat ayah sudah menghilang dan pergi menjauh.
“nang kunu ae” saran ririn menuju ke tempat didepan toko yang ada meja dan gerobak. Kami pun segera kesana. Belum ketempat tujuan. Tiba-tiba zazu dan ririn seperti jijik dengan tempat itu.
“ih, ada kucing, ojok nang kene rek” kata zazu dengan gaya merindingnya.
“haha. Kucing ae tak kirokno opo zu.zu” ledekku sambil menertawakannya karena gaya seperti jijik itu karena mereka takut dengan kucing dan segera menjauh dari tempat duduk.
Akhirnya kita pergi ke pjokan, berdiri untuk membetulkan kerudungku yang menurut mereka jelek dan sedikit tidak rapi. Aku pun mengiyakan dan membiarkan mereka berkreasi dengan membetulkan krudung aku.
“seng rapi titik tha. Engko cek satria jatuh hati ma dirimu” bujuk mereka padaku.
Sewaktu mereka mendandani ku aku melihat ada satria tengah duduk disepeda motor bersama ayah dan adik kecilnya. Karena ku tak mau dia melihat aku, aku pun membalikkan badan kearah toko. Tak disangka zazu juga melihat apa yang aku lihat. Kemudian bilang ke ndut yang ada sedang mengobrol dengan presdiana.
“ndut, onok morotuone rosi” kata zazu pada ndut dan ririn yang tengah membetulkan krudungku.
“ndi zu?” Tanya ndut pada zazu.
“iku nang sepeda motor ambek bapake” kata zazu sambil melihat kea rah yang dia sebutkan.
“haha.. morotuone melok ngeterno rek. Salaman kono loh mi” ledek ndut padaku. Sementara pipit dan presdiana hanya tertawa.
#kok aku, yw presdiana lah, dia khan kenal dekat sama bapaknya satria. Kok jadi aku# batinku dalam hati yang sedang pasrah dengan apa yang diperbuat ririn terhadap krudungku ini.beberapa menit kemudian krudungku pun akhirnya jadi. Aku tak tau gimana krudungku ini. Tapi tak apalah, pasti bagus, dan mudah-mudahan bagus.
“nah, ngene lak apik. Onok morotuo mu cek seneng dan satria juga jatuh hati ambek awakmu. Haha” ledek ririn dan zazu.
“plett. Moso’ ce?” elakku.
Kami pun memilih duduk dibangku didepan toko yang masih tutup. Kami juga mengobrol sebentar entah mereka mengobrol apa, aku tak begitu mengikuti jalan pembicaraan mereka. Aku hanya melihat ke arah satria yang masih duduk disepeda motor milik bapaknya, aku hanya sesekali melihatnya karena aku takut nanti teman-temanku melihat dan bisa-bisa aku kena gojlokan lagi.
Beberapa menit kemudian bapak satria membelokkan setir sepeda motornya kearah utara, mungkin menuju ke arah dimana richi, rizal, afgan(sebutan prasetyo) yang masih duduk ditempat duduk disebelah pos satpam. Sementara aku duduk diam diapit  oleh zazu dan ririn membayangkang bagaimana nanti perjalanan yang akan kami tempuh. Karena mereka berdua sering datang ke malang, dan hampir tau seluk beluk malang. Kita mengobrol sambil menunggu sepasang kekasih datang, yaitu kusen (panggilan akrab ria) dan padang (panggilan akrab risky Rafsanjani).
Tak lama kemudian kusen datang tidak bersama dengan padank tetapi bersama ibunya, dengan mengenakan pakaian merah mentah seperti merah darah yang telah membeku dengan paduan krudung merah muda. Dia datang dengan tersenyum seperti seorang bayi yang tak berdosa.
“teko.teko ngguya-ngguyu ae” ledek zazu (panggilan akrab rizki diah ayu pertiwi)
“mbohkah, koyok gak duwe duso. Hehe” kataku dengan tersenyum.
“bu nyai ne teko” ledek presdiana juga.
“hehe. Amin” kata kusen dengan mengamini perkataan presdiana
Kemudian kami pun memutuskan untuk langsung menuju ke bis 4, bis yang akan ditumpangi oleh hampir seluruh kelas 3 tkj 3. Sesampainya di bis, kami bertemu dengan pak anas guru agama disekolah kami bersama dengan semua anggota keluarganya.
“iki bis piro?” Tanya pak anas pada kami semua
“bis empat pak” jawab salah seorang dari kami
“pak anas bis piro?” Tanya ndut pada pak anas
“emboh bis piro. Bis.e arek ak bis piro. Aku nunut ambek arek ak bis 4 yo” kata pak anas pada kami semua
“yo gak ngerti pak. Sampean Tanya bu ira ae” jawab ndut yang sedang membawa peralatannya
“wes nang kene ae”
“pak, kok gak isok dibuka she. Dikunci tha macet ce pintune” kata kusen yang kemudian ndut pun mencoba membuka bisnya, karena dia pikir pintunya macet. Kemudian ririn ikut mencobanya juga.
“gak kuat kabeh iki. Gendut.gendut tapi gak isok buka”  kata pak anas dan beliau juga mencoba untuk membukanya. Dan alhasil pak anas juga tidak bisa membukanya, karena pintu bisnya dikunci ketika pak supir bisnya datang dan berbicara kalau pintu bisnya memang dikunci dan membuka pintu dengan kunci yang ada ditangannya.
“ou. Ngono aku seng gak isok buka. Pak.pak” kata ndut (panggilan akrab rini agustini) pada pak anas.sementara istri dan anak pak anas yang berada tepat disebelahku dengan membawa perbekalan hanya tersenyum melihat tingkah laku pak anas terhadap murid-muridnya.
Pintu pun akhirnya terbuka dan kami semua masuk kedalam bis secara satu persatu kemudian disusul dengan guru-guru. Aku duduk dengan zazu dibangku nomor tiga dari depan.didepanku ada tatik dan via, disampingku ada sakina, yani, dan temannya dikelas multimedia yang juga ikut. Tak hanya dia saja yang ikut dari kelas multimedia ada arga yang duduk didepan tempat duduk sakinah dengan dua teman perempuannya yang belum ku ketahui namanya. Dibelakang ku ada sepasang kekasih tepatnya mantan tapi mereka sampai sekarang masih mesra dan membuatku sedikit iri. Yaitu ria dan padank. Mereka sengaja duduk bersama karena padank akan pergi dan tak akan kembali ke sidoarjo lagi. Dia akan pindah ke tanah kelahirannya di padang, sumatera barat.
Dan kusen juga akan meluncurkan strateginya untuk membuat salah satu dari geng the queen cemburu. Sebut saja siska ana tama atau biasa dipanggil dengan sebutan siska atau cangcut. Aku memanggilnya begitu karena dia suka dengan the cangcuter band terkenal asal bandung dan dia mengikuti organisasi cangcutranger. Siska suka dengan padank ketika padank sedang marahan dengan kusen dan padank memberikan perhatian, mungkin menurut padank perhatian sebagai teman biasa, tapi siska berpendapat lain.
Mereka bertiga memang sangat konyol, tapi sudahlah buat seru-seruan, seperti melihat bioskop nyata dan gratis pula. Disebelah padank, ada rini dan richi. Dibelakang richi dan rini, ada geng dari nenek lampir (sebut saja yanti, karena perkataannya begitu pedas dan menyakitkan hati), tapi nenek lampir yang sombong itu tak ikut. Alasannya tak ada uang untuk ikut rekreasi. Mereka adalah titik, sofi, dan dian.
Sedangkan dibelakang kusen ada ririn dengan nita dan belakangnya ririn ada geng dari the queener. Dan belakang mereka ada geng dari socran, dan paling belakang sendiri ada gengnya pakde (panggilan akrab danang), yaitu rizal, satria, dan prasetyo. Kemudian geng dari tile (panggilan akrab syarifudin) yaitu Samuel, tommy, Vincent, satya, septyo, dan ada winda + ciwut. Hampir semuanya ikut.
Sebelum berangkat kami (aku, zazu, kusen, ririn, oshin(rina), richi, padank, ndut) berfoto bersama didalam bis. Sedangkan yang lainnya sedang asyik mengobrol ada juga rizal yang tengah sarapan dan masih ada diluar menunggu komando dari guru. Sementara aku tengah mengobrak-abrik dengan mataku mencari dimana sang pangeranku berada. Ternyata dia berada diluar bersama dengan tile cs dan afgan. Tak disangka dia juga tengah melihat aku, aku pun menolehkan wajahku dan mengobrol dengan zazu.
#aduh, bodohnya gua. Ngapain cari-cari dia ce. Jadi ketauan khan.#batinku dalam hati dan aku pipiku langsung memerah muda.
Dan ketika berfoto-foto aku meminjam kacamata milik zazu
“hey, fotoen aku rek. Cepetan. Mumpung satria gak onok nang kene. Engko aku isin. Hehe” kataku dengan sengaja untuk mengetahui bagaimana reaksi temen-temen jika aku berkata seperti itu.
“cie.cie. atek isin barang. Seneng ambek satria ojok ngunu tha? Mbak bro” ejek kusen. Kemudian yang lainnya termasuk zazu, ririn, ndut, sofi dan titik menggojloki ku terus. Tapi ku tak menghiraukan ejekan mereka. Sementara padank dan richi hanya melirikku ketika aku berkata itu.
Kurang lebih setengah jam kemudian tepatnya pukul 8. Kami berangkat menuju ke arah malang. Didalam bis ternyata ada anak dari pak sony, guru computer disekolah kami sekaligus teman kuliah ayahku ketika ayah kuliah di Institut Teknologi Sepulu November. Anak beliau ikut semua, mulai dari yang pertama hingga yang terakhir yaitu yang ketiga. Sedangkan pak sonny mungkin berada dirumah dengan istri baru beliau. Pak sonny sama dengan ayah, sama-sama menikah lagi ketika ditinggal istri untuk selama-lamanya.
Aku berebut dengan zazu, karena aku ingin duduk dekat kaca. Aku ingin melihat ibu, walaupun tak dari dekat. Kami pun sepakat, aku duduk didekat kaca hanya dari tanggulangin sampai dengan porong. Aku pun menyetujuinya. Disela-sela perebutan kami. Tile dan sakinah meminta gambar dari wajah kami-kami semua. Aku berpose sekadarnya saja karena aku malu jika nanti aku terlihat oleh satria.
Dan aku juga mengambil wajah sepasang kekasih yang berada dibelakangku, tapi mereka malu-malu kucing.
“padank, kusen ayo merapat aku ingin mengambil wajah kalian” kataku sambil memegang handphone milik lubna karena handphone baterainya selalu ngedrop alias habis.
“mi ojok mi. males aku” kata padank dengan menutup kamera handphone.
“iyo rohmi iki, engko’ ae kok. Nggak ngerti wong kebelet ngengek tha?” kata kusen yang sedang menutup wajahnya dengan jaket milik padank.
“yek nggilani kund kussen iki” kataku dengan wajah tak kuasa mendengar perkataan kusen tadi.
Zazu pun mendengar perkataan kami, “yo rohmi iki. Diam gitu loh. Asline kepengen foto-foto ambek satria. Tapi moto awakmu rek”
“gak yo. Aku loh pengen foto arek-arek. Gantian pek” elakku kemudian ku arahkan kamera handphone kearah pak repair (panggilan akrab richi) yang tengah asyik membaca buku.
Aku tak bisa diam, walaupun teman-teman asyik mengobrol, diam, dan ada yang bernyanyi dangdut. Satu foto, dua foto telah kudapatkan, dan ku juga foto kusen dan padank. Walaupun mereka berdua tersipu malu-malu kusing eh salah kucing.
Tak hanya aku yang meminta foto mereka berdua, tile pun juga meminta foto mereka berdua. Tapi mereka berdua tak mau juga untuk difoto bersama. #dasar solu-solu kolu (malu-malu tapi mau)# batinku dalam hati. Aku juga sesekali melihat kebelakang untuk mencari tak lain dan tak bukan yaitu satria.
Dia tengah asyik dibelakang mendengarkan music dengan headset dihandphone.nha. ketika ku sedang berbicara dengan teman-teman, dan ku lihat lagi. Dia tengah duduk dengan titis, apalagi titis sampai bersandar disebelah satria, sementara satria masih tengah asyik mendengarkan music dan melihat jalan dibalik kaca bis. Entah mengapa aku ada rasa cemburu, padahal aku hanya menggagumi dia saja. Aku pun menghadap ke depan dan langsung mendengarkan lagu juga, lagu ini mungkin kesukaan dia. Karena ketika aku melihat jejaring social milik dia, didindingnya terdapat like secondhand serenade – you and I featuring cady grovees. Lagunya memang enak, bagus, lagu rock yang pertama kali yang aku suka.
Karena aku tak begitu menyukai music rock, apalagi music rock diluar negeri, terkesan begitu norak dan tak ada artinya. Aku hanya suka music beraliran easy listening, pop, dan jazz. Entah kenapa lagu ini beda dari yang lain. Ada artinya, dan tidak terkesan begitu ngerock mungkin ini lagu favorite dia. Dulu aku juga pernah tidak sengaj, lubna mendownload lagu Bruno mars-Just the way you are. Tak hanya mendownload, lubna juga mencari lirik lagunya untuk dia belajar bahasa inggris sekalian.
Setelah ku teliti dan ku amati, lirik lagu ini pernah aku dengar mungkin pernah aku baca. Setelah ku melihat kotak masuk yang berasal dari jejaring social, dimana aku menggunakannya lewat mengirim pesan. Dan ternyata ini adalah salah satu status dari satria. Aku langsung berpendapat kalau lagu ini, lagu kesukaan satria.
Aku pun menyanyikannya setiap hari ketika itu aku sedang berada dilab computer. Waktu yang sangat tepat untuk bisa deket dengan dia. Dan mendengar apa yang aku nyanyikan dengan secara tidak sengaja. Tapi tak ku beritau kepada teman-teman karena aku malu nanti teman-teman akan menggojlokiku begitu.
Giliran aku duduk didekat kaca, aku duduk dan seperti berbicara dengan ibu. Aku hanya mengungkapkan kalau aku kangen sama ibu, dan sekarang aku pergi rekreasi dengan teman-teman dan juga orang yang aku sukai. Semoga menjadi hari yang indah.
Ketika aku melihat kearah tanggul yang mungkin tingginya 20 meter atau lebih. Zazu langsung berkata kepada teman-teman
“hey, rohmi mengheningkan cipta. Mengheningkan cipta dimulai” kata zazu kepada kusen dan didengar pula dengan sakinah. Aku yang tadinya kepingin lebih focus untuk membicarakan itu. Jadi tersipu malu dan tersenyum melihat tingkah kocak temanku yang satu ini.
Kami pun melewati porong, aku mengingat betul kejadian bersama teman-temanku ketika aku masih sekolah dismp negeri 3 porong. Begitu indah dan lucu. Kita pergi bersama-sama melewati pasar porong, menjelajahi porong sampai tersesat dan menjumpai pusaran angin kecil ditengah persawahan yang terik. Aku masih ingat betul, sampai-sampai air mata ini mau menetes. Tapi ketika mata ini akan menetes, zazu menggodaku dan buyar lah sudah.
aku pun bergantian lagi tempat duduk. Dan ku hanya sendiri termenung, merasakan dinginnya AC karena tadi sewaktu berangkat aku lupa tak membawa jaket, dan merasakan sakitnya kepalaku ini seperti mau pecah dan mendidih. Untung saja aku mengambil minyak aromaterapi secara sembunyi-sembunyi ketika ibu dan ayah sudah berada didepan.
Aku oleskan ketelapak tangan, ke seluruh leher, ke bagian perut. Tapi tak juga hangat. Langsung ku oleskan ke baju saja, supaya hangat. Alhasil, bdanku terasa hangat dank u meminjam jaket milik via. Ke pejamkan mataku, tapi tak bisa. Ku juga dengarkan music. Tapi tak bisa tidur, akhirnya aku memutuskan untuk meminjam buku milik richi.
Aku baca buku itu yang aku lupa judulnya apa, aku hanya ingat karya dari raditya dika. Didalam buku itu, bab pertama tentang jatuh cinta secara diam-diam. Aku baca bab itu. Cerita itu hampir mirip dengan cerita ku, sama banget dengan apa yang aku lakukan terhadap satria. Apa satria juga sama kayak aku ya.
Aku tertawa sendiri membaca buku itu, tak boleh satu orang pun tau. Bahwa cerita dari novel ini sama dengan apa yang aku lakukan. Mulai dari mencari tau dimana alamat rumahnya, dimana dia berhenti, menelpon dia dan mematikan lagi setelah mendengar suaranya. Lucu sekali, aku sampai tertawa geli.
Dan hanya satu jawaban dari diriku sendiri dan mungkin hanya aku yang bisa menjawabnya walaupun sedikit ragu #APA BENAR AKU JATUH CINTA DENGAN SATRIA# tapi tak mungkinlah aku jatuh cinta sama dia, dia biasa saja tak lebih dari segi penampilan. Gayanya lemot, dan lemah gemulai, tak macho sedikitpun. Tapi kenapa aku jadi terhipnotis gini ce? Aku jadi merasa deg-deg-an ketika dia bicara menatap matanya yang indah itu, dan berada disampingnya. Aku merasa aman dan tenteram. Halah, hanya sesaat. Elakku dalam hati, karena tak mungkin dia juga merasakan apa yang ku rasakan.
Kalau dia juga suka dengan aku. Kenapa dia hanya diam saja, tak memberikan kepastian yang selama ini aku tunggu. Sampai disaat terakhir perpisahaan kami.  Tak ada ucapan pasti dari mulutnya. Aku juga tak mau berharap, aku takut semua pasti bakal menyedihkan dan membuatku patah hati melebihi ketika aku putus dengan mantan-mantanku dulu.
Setelah membaca buku itu, aku kembalikan kepada pemiliknya dan aku bisa memejamkan mataku walaupun aku tak nyenyak tidur. Karena ciwut dan nita nyanyi dangdut. Padahal telingaku ini sudah aku buntu dengan lagu kesukaanku.
Dua jam kemudian, kami sampai ditempat tujuan. Aku pun segera turun dari bis, dan memulai petualanganku bersama dengan teman-teman ditempat wisata. Baru kali ini aku berwisata terakhir dengan teman-teman dismk setelah perpisahan di SD. Kami semua segera menuju kepintu masuk sambil menunggu komando masuk dan mengambil tiket dari guru dan petugas dari aulia tour, tourgide kami selama kami berwisata dimalang.
Disela-sela menunggu guru, kami berfoto bersama, tampak diseberang ada kelompok cowok yang sedang duduk dibawa pohon, terutama satria. Aku tak peduli dengan mereka dan berfoto ria dengan teman cewek ku.
Setelah puas berfoto ria, kami pun akhirnya masuk. Emang dasar teman-teman selalu kepingin narsis dimana-mana. Mereka semua memutuskan untuk berfoto lagi didepan spanduk yang bertuliskan selamat datang dijatimpark. Aku kebagian untuk memotret dan ketika aku sedang memotret, satria datang dengan santai. Aku ingin mengajak dia untuk bergabung tapi aku malu.
Akhirnya aku hanya memfoto mereka semua kecuali satria dan oshin yang juga sedang memfoto mereka. Pintu masuk sudah menunggu, teman-teman tak kunjung masuk. Mereka melihat ada gong besar tepat berada di samping pintu masuk. Dan kami pun berfoto lagi. Kali ini aku masuk dalam foto digong.
Setelah puas, kami akhirnya masuk.pertama kali masuk sudah disuguhi dengan pakaian adat, dan didepan pintu pas ada pakaian adat dari padang, sumatera barat. Semua memanggil padank, dan menyuruh padank untuk berfoto dengan kusen. Tapi dia tak mau. Tak jauh dari pakaian adat padank, ada pakaian adat bali tepat disebelah kiriku.
“sen, onok bali pisan sen” kata ku kepada kusen dan aku member wajah tak suka.
“ihi, rohmi bali rek. Bulan madu ambek satria” ledek kusen dan diikuti pula dengan ledekan teman-teman. Aku segera melangkahkan kaki ku menjauh dengan begitu cepat.
Setelah melewati pakaian adat, rute selanjutnya adalah kimia, kemudian biologi, dan fisika. Dirute fisika, tempatnya terbuka tidak seperti dirute biologi dan kimia, dikawasan tertutup. Dirute fisika, kami duduk diantara bunga-bunga yang cantik, dan kami berfoto bersama dengan juru fotonya oshin. Tiba-tiba datang kodom (panggilan akrab nidhom) meminta foto dengan kami (aku, zazu, dan kusen). Nidhom duduk disebelahku, dan berfoto. Diseberang mata ada richi, rizal, satria, dan padank tengah duduk dibawah pohon. Tetapi satria dan padank tak ikut duduk.
Tiba-tiba kusen memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, rute berikutnya adalah rute khusus daerah jawa timur. Kemudian rute sejarah, kami berfoto lagi diantara patung-patung tersebut, kami pun melanjutkan perjalanan. Rute selanjutnya adalah hewan-hewan, tapi kami melewatinya karena ingin segera menjalankan permainan, kami ingin naik tornado. Permainan yang paling seru dan menantang. Ditengah jalan ketika melihat toilet, kusen menyuruh kami diam disini ditengah permainan bom-bom car untuk balita karena dia sudah tidak kuat lagi.
Kami pun menunggunya, tak disangka kami terpisah, hanya ada zazu, aku, padank dan kusen. Yang lainnya entah dimana, aku langsung mengirim sms ke ririn. dia masih diperjalanan. Tak lama kemudian kami berjumpa dengan kokom (panggilan akrab nur komariyah) dan nenek (panggilan akrab nani wanda sari). Ketika ku melihat ada sebuah pohon cemara yang dikreasi membentuk wajah seperti boneka. Aku mengajak mereka untuk berpose bersama pohon-pohon lucu itu.
“hey, re kayo foto-foto nang kunu. Lucu rek pohon.ne” ajakku kepada mereka
“ayo” mereka pun menyetujui dan pergi kesana tak jauh dari toilet.
“padank, kita mau kesana titip kusen ya. Hehe” kataku dan mengajak mereka kesana
“he.emb”, katanya. Dan kami pun pergi kesana. Tak lama kemudian, nenek melihat dua orang berbadan gemuk dan agak gemuk di tengah jembatan mereka adalah ririn dan ndut serta ada nita dan ciwut.mereka seperti kebingungan mencari sesuatu, zazu langsung menghampiri mereka dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara aku masih asyik berfoto dan memoto nenek, kokom, dan oshin (panggilan akrab rina yusrina). Kemudian ririn datang dan memberitau bahwa sandalnya mau lepas, dan sedang mencari kalian.
“sandalku mau lepas, ne.” kata ririn sambil menunjukkan sandalnya sebelah kanan
“oalah, makanya tha sandal legrek dienggo ae”
“yo, gak ngerti rohmi. Mau loh jek isok digawe gak koyok ngene” imbuhnya member keterangan.
Setelah sekian lama menunggu yan g hanya menunggu kusen keluar dari kamar mandi. Kami pun langsung naik keatas untuk segera menaiki satu persatu permainan yang ada dijatim park. Tiba-tiba handphone milik padank bordering, ternyata sang penelpon itu richi, entah membicarakan tentang apa saja. Padank hanya bilang kalau richi menunggu kami semua untuk naik spinning coaster ditunggu di tornado. Kami semua langsung menuju ketempat yang dibilang oleh richi.
Menuju kesana kita harus melewati kolam renang, kemudian melewati taman sesat, melewati colombus dan akhirnya naik keatas menuju ke tornado. Aku yang tadinya semangat ingin menaiki tornado dengan kusen, padank dan richi, menjadi tak bersemangat dan menjadi takut karena aku melihat begitu mengerikan,
#bisa-bisa aku mengidap penyakit jantung lagi, karena begitu menyeramkan dan menakutkan tidak melebihi rumah hantu sih# batinku dalam hati. Sementara zazu tak mau dan gak akan naik tornado.
“are you sure kusen? Kamu berani?” Tanya ku pada kusen.
“ayo loh, aku wes tau numpak iki soale mi” jawabnya seperti tertantang lagi untuk naik.
“ayo naik, mosok takut. Malu ta” imbuh padank
“emoh aku sen, aku gak wani” imbuh zazu yang melihat saja dia takut. Sementara aku bimbang antara takut dan tertantang.
“kund wedi zu?” Tanya padank pada zazu.
“aku gak wedi tapi gak wani” jawabnya yang masih melihat tornado begitu dahsyat.
“gak wani numpak. Malu ta” kata padank yang selalu meluncurkan kata-kata “Malu tha” apabila ada temannya yang takut atau tidak bisa.
“are you sure chi? Berani loe?” Tanya ku pada richi yang masih bingung dengan handphonenya, mungkin sedang sms.an dengan presdiana.
“ayo loh”, jawabnya seperti menantang. Tiba-tiba
“hey rek, nang sebelah kunu ae loh. Nang kene suwe kund” kata richi memberitau kepada kami dan seperti melihat peserta yang ingin menaiki spinning coaster yang dia kenal.
“yo, rek. Nang kunu ae. Nang kunu aku wani” kata zazu dengan sombongnya kalau dia berani menaiki permainan yang berada disebelah permainan flying tornado.
“haha. Gayamu zu.zu” ledek kusen melihat reaksi zazu yang berlagak sok pemberani untuk menaikinya
“yo we nang kunu ae. Nang kene loh suwe. 15 menit permainane trus mek siji pisan. Nang sebelah 45 menit, tapi kertane onok 4”tambahku karena aku juga takut untuk menaiki tornado.
Akhirnya mereka semua menyetujui untuk bermain spinning coaster duluan. Kami pun mengantri, disaat kami mengantri. Aku, kokom, nenek, zazu, richi, padank, dan kusen. Disaat kami mengantri, aku teringat oleh keempat temanku lainnya.
“hey rek, ririn, ndut, nita and ciwut mau nang ndi? Awak dewe mlakune kecepeten sampai ninggalno arek-arek” Tanya ku kepada mereka semua.
“lah, mereka lemot ce. Telponen ae mi. kungkune mrenen”imbuh zazu dan menyuruhku untuk menelpon mereka
“mboh, gak ngerti aku. Yo ditelponen ae mi” kata kusen yang juga menyuruhku untuk menelpon mereka.
“masa aktif m3 ku entek’e. onok pulsae ce. Tak sms ae” terangku dan segera ku mengirim sms ke nomor telpon ririn. dia pun menjawab bahwa dia berada didekat tempat penjualan eskrim. Aku pun membalas kalau kita semua sudah mengantri untuk menaiki spinning coaster. Dan dia membalas lagi kalau dia akan menunggu kami didekat permainan colombus bersama ndut. Lalu aku menjawab,”OK”.
Ketika kami mengantri untuk menaiki spinning coaster, aku bertemu dengan tile
“loh, onok tile” kataku karena kaget ada tile disini
“hehe.. yo, mi”, katanya sambil tersenyum
“le, engko’ teriak seng banter yo”
“sip” katanya dengan gayanya berbicara seperti itu
Beberapa menit kemudian kami pun akhirnya mulai bermain. Aku duduk dengan kusen didepan disebelah kiri kusen. Dibelakangku ada kokom dan nenek, sedangkan zazu sudah naik duluan dengan oshin dan dua orang yang asing yang tak ku kenal. Padank dan richi duduk bersama dengan dua orang pula yang tak kami kenal. Kereta kami pun berjalan, dalam satu kereta ada 4 orang, dua orang duduk didepan, dan dua orang duduk menghadap ke belakang.
Kereta pun naik, aku langsung menutup mataku karena aku takut ketinggian bila berada diatas tanpa ada lapangan yang luas disamping serta dibelakang. Selama perjalanan permainan ini, aku tak tau bagaimana jalan kereta ini. Yang aku tau hanya membelok ke kanan maupun ke kiri secara mendadak, berhenti mendadak. Memutar balikkan kereta berhenti ditengah-tengah perjalanan yang berada diatas dan langsung meluncur kebawah. Aku dan teman-teman hanya berteriak,”wwwwaaaaaggggghhhh,,,, oh my god oh my god oh my god.. no.no.no.no and no” ketika kereta sedang meluncur dan membelok secara mendadak.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan bersama dengan teman-temanku, tapi sayang sekali aku tak melihat batang hidung satria. Padahal padank tadi bilang ketika kami akan menuju ke tornado bahwa nanti ada satria, pakde, dan rizal. Tapi semua itu hanya omong kosong, sedikit lega juga sih karena aku nggak salting-salting gitu dan nggak ada yang bahan buat gojloki aku. Tapi merasa sedikit kecewa sama omongannya padank.
Setelah naik spinning coaster, entah kenapa sakit kepala yang kur asakan ketika aku berangkat menuju malang sampai naik hilang begitu saja. Mungkin semua hilang saat aku berteriak dengan sekencang-kencangnya. Aku merasa keluh kesah ku terobati dengan teriak. So excited. Kemudian kami menuju dimana ririn dan ndut menunggu kami bermain. Dan kami juga memutuskan untuk naik colombus, tetapi zazu tak mau ikut. Dia benar-benar ketakutan walau hanya naik spinning coaster.
Aku, kusen, padank, nenek, dan kokom pun langsung menuju tempat antri untuk mengantri yang begitu banyak orang juga ingin menaikinya. Satu putaran sudah berlangsung, dan berakhir selama 15 menit. Dua putaran pun sama, dan ketiga putaran sudah berakhir. Pada putaran ketiga, hujan turun rintik-rintik kemudian hujan deras. Pada putaran ketiga, permainan colombus dihentikan sejenak agar tidak terjadi kecelakaan ketika menjalankan permainan. Tidak hanya colombus saja, permainan yang menggunakan mesin penggerak pun juga melakukan hal yang sama kecuali rumah hantu, rumah hantu 3d, dan bioskop 3d.
Kami semua menunggu di antrian yang ada penutup dari plastic asbes berwarna biru muda. Sedangkan ndut, zazu, ririn, ciwut, nita, puput, dan septyo menunggu dibawah pohon, kemudian pindah di café colombus karena hujan sangat deras. Untuk menghilangkan rasa jenuhku menunggu hujan reda, aku bercanda dengan temanku aku lupa bercanda apaan dan mendengarkan music dihandphone ku. Ku putar lagu secondhand serenade yang sekarang juga menjadi lagu kesukaanku, berikutnya lagu avril-why. Setelah lagu avril-why hampir berakhir, kami memutuskan untuk keluar dari antrian dan menuju keteman-teman karena hujan hanya rintik-rintik. Kami pun berteduh dicafe colombus sampai hujan reda.
Beberapa menit kemudian, kami memutuskan untuk langsung menuju rumah hantu 3d karena disana kita tak akan terkena hujan. Kami pun jalan menuju ke tempat tujuan, tiba-tiba ketika seperempat perjalan menuju ketempat tujuan hujan langsung menerkam kami begitu derasnya. Aku dan kawan-kawan langsung berlari menuju tempat apa saja yang bisa digunakan untuk berteduh agar kami tak basah kuyup
“ngiyup nang kunu ae rek” kataku sambil berteriak mengomando teman-teman yang masih berada dibelakangku. Kami segera menuju tempat bermain itu yang tak kutahui apa nama tempat bermain itu. Karena hujan aku tak sempat melihat nama tempatnya, yang terpenting kami tak basah kuyup. Kami akhirnya berteduh dan menunggu hujan reda. Aku yang kedinginan kemudian ku oleskan minyak aromaterapi ke baju agar dingin, ke leherku juga, dan ku oleskan ke telapak tangan. Akhirnya tubuhku menjadi hangat. Sementara teman-teman bercerita kesana kemari untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu hujan reda.
Tak lama kemudian huja akhirnya reda dan kami langsung naik keatas untuk masuk kedalam rumah hantu 3d. aku juga kala itu bersemangat karena aku kira tak akan menakutkan karena kusen juga tak takut. Jika kusen takut, aku juga tak akan masuk. Kusen takut dengan pece (sebut saja pocong), karena ku juga takut, walaupun setiap jalan ditempat gelap aku tak pernah takut karena setan tak menggoda aku. Kali ini aku takut karena dalam permainan ini, kita sengaja ditakut-takuti jadi aku takut.
Setelah menunggu antrian yang begitu panjang, akhirnya giliran kami (aku, kusen, zazu, padank) masuk kedalam untuk berpetualang disana. Sementara yang lainnya sudah masuk duluan hanya ririn saja yang tak berani masuk. Aku pun masuk, tiba-tiba bulu kudukku merinding,aku kaget ada orang yang berdiri yang ku kira itu hantunya, ku lihat sekelilingku ketika teman-teman mulai masuk dan petugas memberikan kacamata tiga dimensi kepada ku. Ketika petugas memberikan kacamata tiga dimensi, aku sempat melihat sebuah televise yang berada tepat disebelah petugasnya berwarna putih keabu-abuan. Langsung ku berpikir kalau tempat itu sangat gelap. Aku pun memutuskan untuk tak melanjutkan masuk kedalam, karena aku sangat takut dengan kegelapan.
“rek, aku wedi gak berani aku. Aku balik aj agh, mas ini kacamatanya” aku pun segera menuju kepintu masuk untuk keluar dan memberikan kacamata tiga dimensi kepada petugasnya. Aku keluar dan langsung berlari seperti ketakutan. Ketika aku keluar, teman-teman menertawakanku Karena begitu licik(takut)nya aku. Aku tak peduli mereka menertawakanku, ku terus berlari sampai-sampai aku menabrak seorang perempuan yang tak aku kenal yang mengenakan kerudung berwarna pink (merah mudah) dan bajuku tesangkut pada paku yang menancap ditembok. Aku seraya kaget, yang ku pikir aku akan ditarik setan untuk menyuruhku masuk kedalam. Aku langsung berlari sampai kedepan pintu keluar rumah hantu 3d.
Di pintu keluar sudah ada ririn yang sedang menunggu teman-teman, dan ada ndut, sofi, kokom, nenek, dian yang sedang berada dikamar mandi. Aku pun bersikap biasa layaknya tak terjadi apa-apa. Sampai mereka tau aku juga tak masuk kedalam, ketika kusen, zazu, dan padank keluar dari rumah hantu 3d itu.
“huuaaa… hahaha..” kata zazu dan kusen secara serempak disusul dengan padank.
“haha.. gak medeni blas.. tambah kusen ambek padank rangkul-rangkulan” jelas zazu yang masih tertawa seperti dia tak ada hantu disana dan menunjuk kea rah kusen dan padank. Mereka pun bercerita kecuali aku dan ririn yang tak tau apa yang terjadi didalam sana. Zazu pun langsung menunjuk aku dan berkata, “yo, rosi gak mlebu langsung mblayu ae” terangnya ketika ditanya salah satu dari mereka.
“ouw ngunu gak ngenteni aku nang kene”, kata ririn kesal dan memberikan kepalan tangannya ke arahku tapi tidak meninjunya.
“hehe.. aku wedi eh.. ndelok tekan ngarep a ewes medeni. Mbalik aku” terangku memberikan penjelasan.
“wedi. Malu ta” ledek padank padaku dan disusul ledekan kusen dan zazu. Sementara yang lainnya masih didalam toilet membetulkan penampilan mereka.
Lama sekali, kami pun melanjutkan perjalanan karena hujan sudah reda walau hanya rintik-rintik hujan yang ada. Kami melewati bioskop 3d, tapi tak memasukinya karena antrian begitu ramai sampai-sampai jalan untuk menuju kerute selanjutnya tak bisa dilalui dengan lancer. Kami langsung menuju ke tempat makan karena perut kami sungguh lapar. Sebelum ke tempat makan, kami berhenti melihat ikan-ikan yang bermacam-macam bentuknya, aku pun memotret ikan-ikan itu tapi hasil potretanku jelek karena kameranya tak langsung mencetak ketika aku sudah memotretnya. Aku pun meminjam handphone milik ririn ketika ririn sedang memotret dirinya dengan ikan-ikan tersebut. Dan aku diperbolehkan meminjam handphone miliknya, dan memotret semu ikan-ikan yang menurutku lucu dan bagus.
Semua ikan aku foto, tak peduli teman-teman memanggilku untuk segera ke tempat makan. #kapan lagi datang kemari lagi bersama teman-teman# batinku dalam hati dan memotret semua ikan yang terlihat lucu, tapi tak semua karena mereka berteriak-teriak memanggil namaku untuk segera keluar dari tempat itu. #bikin malu aja, pakai teriak-teriak# gerutuku dalam hati. Setelah hampir semua telah ku potret, aku pun mengikuti kemauan mereka.
“mi, mu gak solat tha? Wes jam piro iki”Tanya kusen padaku
“iyo, aku mau golek musola gak ketemu eh.coba nang ndisor ce. Be’e onok”, jawabku
 Kami pun menuju kebawah, ternyata dibawah ada bakso dan mereka sangat ingin makan bakso. Tapi diantara kami tak ingin makan bakso. Memang dasar cerewet mau dikemanain lagi. Ketika sudah ada bakso yang mereka inginkan dan harganya sangat terjangkau. Mereka tak mau makan disitu. Kami pun berhenti dan mencari solusinya. Tiba-tiba dari atas aku melihat tile dan kawan-kawannya. Mereka menuju kebawah dan ku sapa mereka
“kate nang ndi til..??” tanyaku padanya.
“kate nang musola” katanya yang masih berjalan menuju kebawah
“endi?”tanyaku padanya karena sedari tadi tak kutemukan musola.
“iku” jawabnya sambil menunjuk karah bawah tepat dibelakang ku
“o.yo” kataku mengerti apa yang ditujukan
“hey, rek. Kund gak solat dhisik tha?” tanyaku pada teman-teman
“iyo solat” jawab ririn
“aku gak solat, prei” jawab zazu dan kusen yang hampir serempak. Sementara ndut, kokom dan nenek dari tadi menghilang ketika aku keluar dari aquarium.
“aku yo prei” imbuh oshin.
“padank, ikut solat sana sama mereka” kata kusen yang menyuruh padank untuk solat dulu.
“yo lah” jawabnya
“aku nggak nggowo rukuh”, kata ririn yang berbicara pada kusen sedangkan aku sudah jalan duluan didepan tapi aku masih mendengar apa yang mereka bicarakan.
“rohmi loh nggowo ruku” jawab kusen
“yo, rohmi nggowo”terang zazu.
“yo, aku nggowo wes ikut saya”imbuh aku.
Aku dan ririn pun menuju ke musola. Kami bertemu lagi dengan tile dan nadif. Mereka sedang memasukkan sepatu mereka kedalam tas agar tidak tertukar dan hilang. Karena ulah mereka aku pun bingung juga. Tetapi aku langsung berubah pikiran, dan mengentengkan semua. Sepatu sandalku aku taruh begitu saja diluar. Dan segera ku berwudhu, pada waktu wudhu, ketika aku sedang membasuh tangan kiriku tiba-tiba air tak mengalir dan sontak aku terkejut. Akhirnya aku pindah ke wudhu khusu untuk kaum laki-laki.
Aku dan ririn wudhu, dan kami pun solat secara bergantian. Setelah solat kami merapikan krudung. Ketika sedang memakai krudung dan merapikannya, teman-teman memanggil kami dibalik jendela musola.
“hey rek cepetan. Suwene lek dandan” kata zazu dan kusen dengan sedikit kesalnya.
“sek tha, ndiluk ae” jawab kami sambil memakai kerudung.
“yo wes lek ngunu aku tak ndisik”, kata mereka dengan perasaan tak sabar
“yo wes ndilik onok engko aku ambek rohmi nyusul”, kata ririn yang kemudian angkat bicara karena gemes melihat teman-teman yang tak sabaran menunggu kami memakai kerudung segitiga yang ribetnya minta ampun.
“yo wes”, mereka pun pergi menuju ke barat entah menuju ke arah mana. Mungkin mereka ingin bermain atau mencari tempat makan untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi mencari tempat makan yang enak.
Tak lama kemudian kami selesai dan kami segera menyusul mereka. Aku dan ririn sempat bingung kemana mereka berdua.ku ambil handphone dan ku kirim pesan ke kusen.
*sen, kund nang ndi?* langsung saja ku kirim ke nomor telp kusen. Dua, tiga pesan telah ku kirim tapi kusen tak membalasnya
“nang ndi arek? Oalah kesusu ae” Tanya ku pada ririn yang juga bingung mau melangkah kemana untuk bisa bertemu dengan mereka.
“mboh nang ndi. Lah yo kesusu ae. Ngenteni po’o ceh” jawabnya yang kemudian melangkahkan kakinya yang masih bingung dimana mereka berada.
“mungkin arek-arek metu. Soale mau lak ngomong bakso seng enak nang ngarep jidek’e parkiran” kataku yang kemudian teringat dengan perkataan dari salah satu zazu atau kusen. Kami berdua akhirnya menuju ke arah pintu keluar. Beberapa menit kemudian, ketika kami sudah 5 meter lagi menuju pintu keluar. Aku berubah pikiran
“eh, tunggu rin. Gimana kalau arek-arek jek onok nang kene?”, Tanya ku pada ririn
“iyo.yo. coba telpno zazu ce”, katanya menyuruhku untuk segera menelpon zazu mencari tau dimana dia berada sekarang.
“aku onok pulsa tapi masa aktife entek”,terangku, kemudian aku berpikir siapa yang bisa aku telp dengan nomor telkomsel.
“yo wes tak telpne lek ngunu”,katanya sambil memegang handphone untuk menelpon zazu. Tiba-tiba aku mendapat ilham #gimana kalau aku telp padank ae. Dia khan tadi bawa nexian, nomernya pasti dua# kataku dalam hati sambil menelpon padank, daripada menunggu ririn menelpon lebih baik dua daripada satu.
“Wes aku ae seng telp”,katanya ketika dia melihat aku juga tengah menggenggam telp ditangan dan menempelnya ditelinga.
“aku telp padank, daripada ngenteni awakmu”,jawabku. Tiba-tiba ririn kesal,”oalah, arek iki nang ndi ce. Ditelp gak diangkat” katanya dengan nada kesal
“tuh, khan. Seng iki nyambung. Halo. Assalammu alaikum. Padank kamu dimana? Arek-arek saiki nang ndi?”Tanyaku pada padank ditelp
“halo. Iya aku sekarang ditempat makan ma ria ma zazu”,jawabnya
“tempat makan mana? Aku sama ririn sekarang dipintu keluar” jelasku
“loh, kejauhan aku dideket kolam renang”,terangnya member info.
“ya udah, sms.en aku tempatnya tepanya dimana. Ok?” kataku mengajak untuk mengakhiri pembicaraan sebab aku tak begitu jelas mendengar suaranya dengan bising dikanan kiri ku.
“ok. Nanti tak sms” katanya mengiyakan
“assalamu alaikum”
“waalaikum salam”, katanya mengakhiri pembicaraan. Kami berdua lekas menuju tempat yang disebutkan padank. Ketika kami akan menuju ke tempat yang disebutkan padank, ditengah perjalanan kami bertemu dengan ndut yang sedang menjalankan permainan yang ku sebut kursi terbang bersama dengan nenek kalau tidak kokom. Kami berdua tertawa karena melihat tingkah mereka berdua yang ketakutan. Ndut yang memejamkan matanya dan nenek atau kokom yang belum jelas ku ketahui karena matanya ditutupi dengan jaket.
“haha. Liat tuh ndut. Merem matanya. Haha”, tawaku geli
“haha. Iyo. Eh, ternyata ndut cukup yo numpak iku”,imbuh ririn yang tak percaya kalau ndut naik itu
“haha.iyo cukup lah”,kataku yang masih ku tujukan mataku pada permainan itu. Sesekali kami memanggil nama ndut, tapi ndut tak  menengok atau memberi aba-aba kalau dia tau kalau kami berada dibawah. kami berdua menunggu ndut di dekat antrian bioskop 3d agar tak basah terkena hujan yang saat itu tengah turun.
Tak berapa lama ndut dan nenek atau kokom turun, kami masih menunggu ndut dan nenek atau kokom menghampiri kami berdua disini. Dua menit sudah menunggu, ternyata mereka tak datang kemari, karena aku takut nanti terpencar lagi. Akhirnya ku hampiri mereka dengan kondisi hujan, ririn masih tetap ditempat dan sesekali memanggilku untuk kembali. Dengan bondo(butuh) nekat, aku pun menerjang hujan yang tak begitu deras dan menghampiri mereka, ririn akhirnya mengikutiku dari belakang
“mereka ternyata berteduh disana”kataku pada ririn dan mengajaknya untuk menuju ke tempat dimana ndut dan nenek serta kokom berteduh dari hujan
“yo.ayo”,katanya dan mengikuti dari belakang
“ternyata kalian disini, dicari dan dipanggil nggak denger. Dasar” kataku dengan kesal dan mereka mulai menghampiri kami yang saat itu sudah tak turun hujan.
“iyo tha. Maap deh, nggak krungu aku”jawab kokom
Tiba-tiba hujan tambah deras, kami langsung berlari dan menuju ke toilet disebelah pintu keluar rumah hantu 3d. mereka langsung dandan, sementara aku asyik mengobrol dengan miranti dan temannya yang tak ku tau namanya tapi aku mengetahui wajah orang itu. Setelah sekian lama, hampir ada tiga menit. Kami langsung menuju ke tempat dimana oshin, zazu, kusen, dan padank tengah berada ditempat makan. Setelah sampai dipinggir kolam renang, aku tampak kebingungan dimana mereka. Akhirnya ku telp lagi padank untuk mencari tau dimana tepatnya tempat makan yang dimaksud
“halo padank”,kataku tanpa member salam
“halo”, katanya tapi dengan suara cewek dan sepertinya aku mengenal suara itu. #suara spo yo?oalah kusen#
“kund nang ndi sen? Aku sama anak-anak ne udah dideket kolam renang. Kalian dimana?”tanyaku padanya karena teman-teman juga bingung mencari mereka bertiga.
“ditempat makan. Nang ngarepmu lak onok tempat makan akeh ce” yo mrunuo” katanya yang menurutku kurang jelas dimana tepatnya tempat makan yang dimaksud kusen. Karena didekat kolam renang terdapat banyak sekali tempat makan.
“nang sebelah ndi ce?” Tanya yang masih kebingungan. Dan kami semua juga mencarinya sambil berjalan menuju kesemua tempat makan
“haduh, yo nang kunu”
“sek, dirimu nang tempat makan seng gubuk”an iku tha?”tanyaku karena aku dan teman-teman sudah memasuki tempat makan dengan atapnya seperti daun kelapa yang kering yang ditumpuk dan dibuat seperti rumah-rumah adat yang ada dipapua.
“sek,”katanya yang kemudian bertanya lagi kepada padank dan zazu.
“iyo nang kunu”, mrunuo ae.
Tak lama kemudian, zazu memanggil nenek yang kala itu sudah berjalan didepan kami layaknya seperti komandan. Kami semua pun menghampiri mereka. Ternyata mereka sudah menyantap makanan yang sebentar lagi habis, mereka memesan nasi goreng dengan air putih. Perut kami yang juga lapar, segera memesan nasi. Mereka semua memesan nasi goreng, sementara aku memesan soto yang semua nominalnya sama yaitu 15 ribu. Menu paket hemat yang ditawarkan hampir semua otlet yang ada di tempat makan dekat kolam renang.kami segera membayarnya dikasir dan menyantap makanan yang kami pesan.
Orang narsis tak luput dari kamera. Itulah peribahasa yang aku tujukan kepada teman-temanku karena ketika makan saja mereka menyuruh teman kami yang sudah selesai makan untuk memotret mereka yang sedang makan. 2=2, mereka sama dengan mereka. Aku pun juga ikut-ikutan narsis.
#tak apalah buat kenang-kenangan dengan teman-teman. Kapanlagi coba.#batinku dalam hati. Ketika kami sedang makan, tiba-tiba terdengar suara kursi yang jatuh dan suara seseorang yang berteriak kesakitan dan kaget.
“uaaaghh”
Ternyata yang berteriak itu adalah zazu. Dia terpeleset ketika sedang berjalan untuk keluar dengan memutar jalan. Semua teman-temanku menertawakanku. Sementara zazu masih tersenyum lebar seperti tak terjadi apa-apa dan masih cerewet tak karuan, kadang kala meluncurkan wajah muramnya merasakan rasa sakit yang mendera bokongnya itu. Kami menanyakan “kenapa bisa jatuh sebegitu kerasnya? Sampai semua orang disekitar selain kami semua juga melihat dan tersenyum melihat tingkah lucu teman kami yang terpeleset” dan dia menceritakan begitu pahitnya dan sakit yang dia rasakan.
Aku kasihan melihat ceritanya, karena tadi ketika aku juga melewati jalan itu. Aku juga sempat terpeleset tapi aku tampis dengan memegang kursi yang sedang diduduki oleh orang lain.yang kuaalami terjadi juga pada zazu. Andaikan aku yang terpeleset pasti rasanya juga sakit sekali.  Dengan melihat wajahnya yang lucu, ibaku sedikit berkurang dan menganggap dia akan baik-baik saja.
Setelah selesai makan, aku melakukan foto-foto dengan temanku. Akhirnya kusen dan padank mau untuk diajak foto bersama. Mungkin kedekatan mereka setelah sekian lama, selama berminggu-minggu tak bertemu, sedikit pudar. Akhirnya kembali lagi, dalam beberapa jam. Ku potret mereka, mereka pun tampak asyik dan penuh dengan hati. Ceile, hati, rempelo aje kali. Hehe..
Lama sudah kami duduk ditempat makan, kami semua memutuskan untuk kembali ke tempat parkir untuk melanjutkan ke tempat berikutnya karena waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Narsis tetep narsis. Mereka berhenti ditengah-tengah jembatan dan berfoto bersama. Aku yang kebagian memotret dan kemudian ku berikan pada oshin untuk bergantian memotret.
Lama sekali kami diatas jembatan, tiba-tiba zazu ingin sekali naik bom-bom car. Tapi semua tak mengijinkan karena waktu sudah sangat mefet belum lagi jika nanti kita berhenti dipasar untuk membeli buah tangan. Zazu pun akhirnya mengalah dan menuruti kemauan mereka semua. Narsis, lagi narsis lagi. Ditempat makan yang suasananya berada diatas kolam renang sehingga bisa melihat kolam renang dari atas. Meraka ingin berfoto-foto disana. Kami pun berfoto lagi bersama, kemudian melanjutkan perjalanan menuju kepintu keluar. Tak jauh dari tempat makan ketika kami berfoto bersama lagi. Zazu terpeleset lagi, tapi tak seheboh ketika dia terpeleset di tempat makan tadi.
Semua masih menertawakan, dan lag-lagi ketika aku akan terpeleset, zazu juga terpeleset. Kita memang sehati. -_-“. Disaat sedang menaiki tangga, kusen menyuruhku untuk memotret dia dengan padank.
“mi, fotoin kami donk”suruhnya padaku sambil memberikan kameranya.
“ya, sini.”
“igh, jadi iri aku. Hehe” candaku
“iyo.yo. aku kok gak tumon satria. Nang ndi yo satria” kata kusen sambil melirik ke arah dan melihat sekeliling seperti tengah mencari seseorang.
“haha. Iyo yo nang ndi yo satria. Dari tadi nggak ngeliat satria”, candaku lagi
“tenang engko’ tak jalukno foto ambek satria” katanya sambil melihat ke arah foto yang tengah ku pegang
“haha. Temen yo? Awas kau” ancamku dengan tawa.
“iyo tenang ae”,katanya mengiyakan.
Kami pun naik ke atas menuju ke pintu keluar, tapi aku masih memotret buaya yang diberitau oleh padank dan kusen tadi. Tiba diatas, ada objek foto yang menarik  perhattian kami dan kami minta oshin untuk memotret kami dan mengerumuni patung tersebut. Kemudian kami lanjutkan menuju ke pintu keluar. Di awal pintu keluar terdapat bermacam-macam aksesoris yang warna-warni, sempa menarik perhatianku karena aku begitu suka dengan aksesoris terutama gantungan kunci dan pin. Ada satu yang memikat hatiku, gantungan kunci berbentuk apel dan bertuliskan batu.
#wagh ini cocok ne buat oleh-oleh. Oleh-oleh malang ketika aku rekreasi dengan teman-teman dan satria. Buat dia nggak ya? Nggak agh ngapain buat dia, emang dia mau. Trus emangnya gua berani gitu. Gak usah agh, buat lubna sama ines ae. Tapi nggak ada yang menarik lainnya lagi. 10 ribu dua lagi. Gimana ya?# batinku dalam hati kemudian aku segera membelinya untuk lubna dan ines adikku pertama dan kedua. Kemudian bergegas karena batang hidung teman-temanku tak kelihatan. Lalu ku kirim pesan ke semuanya. Tak ada yang dibalas, Alhamdulillah akhirnya ku bertemu dengan ndut dan ririn. aku ikut dengan ndut agar tidak tersesat, kemudian aku berhenti ke salah satu toko untuk membelikan anas baju.
#waow bajunya bagus, kainnya juga bagus. Ada warna merah nggak ya. Cos anas suka warna merah# kataku dalam hati kemudian ku minta pendapat pada ndut dan ku bertanya berapa harga kaos yang ku tujukan pada penjualnya. Harganya 25 ribu. #halah, mahal amat. Gimana yw beli nggak yw?# kataku dalam hati, kemudian ndut mencoba menawarnya. Penjual itu mematok harga pas. Dengan kesungguhan hati aku pun membeli kaos merah itu. Kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya bertemu dengan nenek dan kokom. Kami pun mengajaknya melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan aku tertarik pada sebuah pigura dan pajangan beruang yang lucu.harganya pun murah.
#igh, lucu. Beli agh, satu buat fotoku satu buat foto satria. Hah? Satria. Halah, daritadi mikirin satria mulu. Nggak agh, buat lubna ines aja, dari tadi Cuma satu murah lagi. Anas mahal, beli aja agh, trus juga dipajang di lemari khan lucu. Jadi bukan buat satria. Lupakan nama satria, rohmi. Lupakan. Dia loh nggak suka kamu#kataku dalam hati karena ku nggak mau mengharapkan seseorang lagi, sakit rasanya.
Setelah membeli benda itu, aku pun melanjutkan perjalanan bersama dengan ndut, ririn, nenek dan kokom. Tak jauh dari pandangan akhirnya ku temukan mereka sedang berbelanja. Sementara mereka berbelanja, aku tertarik lagi pada mainan mobil-mobilan dari kayu dengan harga yang menurutku murah. Ku beli mainan itu untuk anas, adek laki-laki ku yang paling kecil dan paling lucu. Ku coba satu persatu mobil itu, supaya aku tau bahwa mainan itu bisa digunakan. Karena anas lebih suka mainan yang bisa dia gerakkan kesana kemari.
Akhirnya aku membeli satu berbentuk mobil yang dipakai William dan kate saat ijab Kabul perkawinan mereka. Sungguh unik, ku menuju ke teman-teman dan kami langsung menuju ke tempat parkir karena guru-guru kami sudah menunggu kami disana. Dengan  turunnya hujan yang tak begitu deras, kami terjang dan mencari dimana bis kami berada. Teman-teman menemukan bis dan segera masuk. Kami masuk dari belakang, diatas bis terdapat beberapa murid. Diantaranya satria dan kawand-kawand. Tepat dimana kami naik kedalam bis agar tidak basah kuyup. Ku dengar suaranya yang tak tau di untukkan pada siapa.
“basah loh bajunya”, ucapnya ketika zazu, kusen, padank dan terakhir aku naik dari belakang kedalam bis.
Kemudian di sebelah kana nada rizal, disebelah kiri ada pakde. Mereka meledekku ketika aku masuk.
“mi, ada satria loh. Iki. Cie.cie” ledeknya kemudian rizal menertawakanku dan diikuti teman-teman yang juga sudah ada sofi dan kawand-kawand. Aku pun tak peduli apa kata mereka dan segera duduk di tempat ku. aku sibukkan dengan merapikan barang bawaanku agar nanti tak repot untuk membereskannya. Ku masukkan barang yang aku beli kedalam tas dan ku letakkan kembali ke atas agar tidak ribet. Ku duduk sejenak, sambil melepas lelah, berjalan seharian. Sementara teman-teman tengah asyik mengobrol, berganti pakaian di toilet dan berfoto. Apalagi kusen sedang memotret satria dan yang lainnya, aku yang saat itu tak tau mereka sedang berfoto langsung membalikkan badanku, tersipu malu karena satria juga melihatku dank u berpura-pura mengirim sms kepada teman.
Tiba-tiba aku jadi teringat sms ku tadi sewaktu berada dipasar. Aku pun membalas sms dari mbak indah, bendahara lyksda. Sementara lainnya masih asyik berfoto ria. Setelah semua sudah selesai berfoto, aku putuskan untuk pergi ke toilet yang ada dibis. Tepat dibelakang dimana satria duduk.aku hanya membersihkan mukaku karena sedari tadi aku tak mandi dan tak sempat mencuci mukaku. Hanya ke toilet saja aku sudah diledek sama rizal dan pakde. Aku langkahkan kaki ku cepat menuju ke toilet. Ku cuci mukaku dank u pakai kerudungku lagi. Ketika ku sedang membetulkan kerudung, tiba-tiba pintu terbuka, dan ku lihat ada rizal yang tengah mengintipku dari balik pintu.
#kurang ajar#gerutuku. “kok dibuka ce.mayak ancene” kataku padanya karena tak punya etika sekali membuka pintu toilet. Untung saja aku hanya mencuci mukaku, coba kalau aku lagi yang lain, bisa gaswat dan taruh mana mukaku. Aku pun segera mengenakan kerudung dan membereskan sabun ku kedalam tas.
“siapa tadi yang buka pintu, dasar nggak sopan banget”,kataku dengan nada kesal kepada rizal
“sorry duduk aku, iku pakde”,elaknya
“bukan rizal tuh pakde yang buka tadi”,sahut satria sambil tertawa melihat rizal yang lagi kumarah-marahi. Sementara pakde hanya tersenyum
“terserah”,kataku dan meninggalkan mereka semua dan langsung duduk ditempatku dan ku sibukkan dengan mengotak-atik handphone entah tak tau aku mau ap. Kemudian ku berbaur dengan temanku yang lagi asyik foto dan berdandan karena habis dari pergi kekamar mandi membersihkan tubuh mereka.
Ketika ku berfoto dengan temanku, sesekali ku lihat dia dan saat aku melihatnya dia juga melihatku. Aku pun tersipu malu dan memalingkan wajahku. Ku lirik lagi dia sekelejapan, dia masih melihatku yang tengah narsis dengan teman-teman di depan kamera digital milik kusen. Aku pun mencari ide apakah dia akan cemburu ketika dia melihatku ketika berfoto dengan salah satu teman cowokku dengan akrab. Tanpa sengaja richi berada dibelakangku dank u pegang tangannya untuk mengajaknya berfoto. Ternyata dia tetap cuek. Kuek.kuek. tak ada sedikit muka cemburu.
Aku pun lanngsung menyimpulkan kalau dia memang benar-benar tak menyukaiku, beberapa detik pun ku duduk dan tubuhku mulai lemas tak berdaya. Tak berapa lama, bis pun jalan menuju ke tempat makan di pak soleh untuk makan malam bersama karena seharian telah menghabiskan waktu dan sedikit uang untuk bersenang-senang di jatimpark.
Dalam hitungan menit, bis pun sampai dan kami langsung menuju ke tempat makan, sebelum pergi ke tempat makan kami disuruh untuk membentuk sebuah kelompok. Satu kelompok terdiri dari 10 anak, teman-teman langsung membentuk kelompok dengan sendirinya, aku hanya santai tak memikirkan itu yang terpenting aku bisa makan.
Setelah itu, kami mencari tempat lesehan yang kosong. Tapi semua tempat makan untuk lesehan sudah penuh. Kami pun langsung menuju kebelakang disebelah dapur dan dekat toilet. Tak apalah daripada tak mendapat tempat duduk. Jumlah kelompok kami masih kurang 2 orang. Tiba-tiba tampak dari kejauhan kami melihat tiga orang teman kami yang sedang mencari tempat duduk juga, mereka adalah pakde, rizal, dan satria.
“pakde, disini loh. Masih kurang”,panggil ndut pada salah satu dari mereka.
Mereka pun menuju tempat kami. #mampus dah# gerutuku dalam hati karena melihat satria juga menuju ke tempat kami.
#ngapain ce teman-teman nyuruh mereka kemari. Ada satria lagi. Mampus dah, pasti kena gojlok lagi# gerutuku dalam hati sambil memalingkan wajah mengarah ke balik arah.
“kurang piro arek eh”,Tanya pakde pada kami
“kurang, siji. Loro. Telu.”,jawab ndut sambil menghitung kami semua. Kami (rini, rina, richi, padank, ririn, ria, diah, and me).
“kurang 2 de”jawab ndut setelah menghitung kami semua.
“loh, sisa siji la’an”katanya dengan nada melas.
“gak popo. Iki melok gol.ane sofi nang sebelah.”sahut kusen
“satria duduk sini aj. Sini oh sat, deket rohmi”kata zazu dengan tiba-tiba.
“yo sat duduk sini loh, dibangkunya zazu biar dket ma rohmi”sahut kusen yang juga menyuruh satria untuk duduk dibangku zazu yang bersebelahan dengan ku.
#apa.aapan ini#kataku dalam hati dengan kagetnya. “gak usah zu, loe sini aj. Awas kalo pindah, gak tak bolo kund zu”kataku dan membisikkan di telinganya. Sementara satria hanya berdiri diam dan sambil tersenyum yang kebingungan mau duduk dimana. Karena kursinya kurang satu.
“gak usah wes”katanya singkat.
“gak popo kok”, kata zazu yang kemudian berdiri dan memberikan kursinya pada satria.
“ya udah, tapi aku duduk sebelah sini”, kataku mengiyakan dank u pindah tempat duduk disebelah kusen, sementara satria duduk ditempatku.
“lapo kund iku? Gak oleh. Kund lunggu nang kunu ae”, kata kusen menyuruhku untuk kembali ke tempat dudukku semula.
“gak usah rek, aku tak disana aja”, kata satria singkat, mungkin dia juga gak enak dengan ku karena sikapku yang tak mau duduk disebelahnya.
“y owes lah kunu sbelah kunu kund”,kata zazu dan menyuruhku duduk kembali seperti semula.
#lega deh, aku gak mau zazu entar cemburu karena menurutku zazu lebih pantas. Bayangkan saja, setiap hari nanyain satria yang menurut dia Cuma untuk menggojlokiku dengan satria dan didepan satria dia merasa seperti nyaman. Lagipula zazu sudah banyak berubah darisegi wajahnya. Mungkin juga satria juga jatuh hati dengan penampilan zazu yang baru. Sementara aku masih berjerawat tak hilang.hilang dari dulu kala.# batinku dalam hati dan menikmati masakan yang disediakan.
Setelah selesai makan, tak ada kamera tak rame. Kami pun berfoto dulu sebelum pergi dari tempat itu. #dasar# gerutuku dalam hati kemudian ku limpahkan dengan nada yang bisa didengar orang.